1. Peta Vokal
4.1 Pengertian vokal:
Vokal adalah
bunyi bahasa yang arus udaranya tidak mengalami rintangan dan kualitasnya
ditentukan oleh tiga faktor:
·
tinggi-rendahnya posisi lidah (tinggi, sedang, rendah)
·
bagian lidah yang dinaikkan (depan, tengah, belakang)
·
bentuk bibir pada pembentukan vokal itu (normal,
bundar, lebar/terentang)
4.2 Klasifikasi vokal :
Berdasarkan bentuk bibir
· Vokal bulat → a, o, u
· Vokal lonjong → i, e
·
Berdasarkan tinggi rendah lidah
· Tinggi → i
· Tengah → e
· Bawah → a
·
Berdasarkan maju mundurnya lidah
· Depan → i, a
· Tengah → e
· Belakang → o
Untuk lebih lengkapnya, mari kita lihat bagan di bawah ini:
Berdasarkan posisi lidah dan bentuk mulut
itulah kemudian kita memberi nama akan vokal-vokal tersebut,misalnya:
[ i ] adalah vokal depan tinggi tak bundar
[ e ] adalah vokal depan tengah tak bundar
[ ô ] adalah vokal pusaat tengah
tak bundar
[ o ] adalah vokal belakang tengah bundar
[ a ] adalah vokal pusat rendah tak bundar
2. Peta Konsonan
Dari peta konsonan diatas dapat kami jelaskan Bunyi-bunyi Konsonan
dapat dibedakan menjadi tiga kriteria, yaitu :
1. Berdasarkan
Posisi Pita Suara.
a. Bunyi
bersuara terjadi jika pita suara terbuka sedikit lalu terjadi getaran pada pita
suara itu. b, d, g, dan c
termasuk bunyi bersuara.
b. Bunyi tidak
bersuara terjadi jika pita suara terbuka agak lebar, sehingga tidak ada getaran
pada pita suara itu. Bunyi s, k, p, dan t
termasuk bunyi tidak bersuara.
2. Berdasarkan
Tempat Artikulasi.
a. Bilabial,
yaitu konsonan yang terjadi pada kedua belah bibir, bibir bawah merapat pada
bibir atas. Bunyi yang termasuk konsonan bilabial adalah b dan p
(bunyi oral) serta m (bunyi nasal).
b. Labiodental
adalah konsonan yang terjadi pada gigi bawah yang merapat pada bibir atas.
Bunyi f dan v termasuk bunyi konsonan labiodental.
c. Laminoalveolar
yakni konsonan terjadi pada daun lidah yang menempel pada gusi. Bunyi konsonan
laminoalveolar adalah t dan d.
d. Dorsovelar,
yakni konsonan yang terjadi pada pangkal lidah dan velum atau langit-langit
lunak. Bunyinya adalah k dan g .
3. Berdasarkan
Cara Artikulasi
a. Hambat (
letupan, plosive, stop). Artikulator menutup sepenuhnya aliran udara, sehingga
udara mampat dibelakang tempat penutupan. Kemudian penutupan dibuka secara
tiba-tiba kemudian menyebabkan letupan. Bunyinya, yaitu p, b, t, d, k, dan g.
b. Geseran
atau Frikatif. Artikulator aktif medekati artikulator pasif, membentuk celah
sempit, sehingga udara yang lewat mendapat gangguan di celah itu. Bunyinya f,
s,
dan z.
c. Paduan. Artikulator aktif menghambat
semua aliran udara, lalu membentuk celah sempit dengan artikulator pasif.
Bunyinya adalah c dan j.
d. Sengauan atau Nasal. Artikulator
menghambat semua aliran udara melalui mulut. Tetapi membiarkannya keluar dengan
bebas melalui rongga hidung. Bunyinya, m, n, dan ƞ
e. Getaran ( Trill). Artikulator aktif
melakukan kontak beruntun dengan artikulator pasif, sehingga getaran bunyi
terjadi berulang-ulang. Contohnya konsonan r.
f.
Sampingan
(lateral). Artikulator aktif menghambat aliran udara pada bagian tengah mulut,
lalu membiarkan udara keluar melalui samping lidah. Contonya l.
g. Hampiran (Aproksiman). Artikulator
aktif dan pasif membentuk ruang yang
mendekati posisi terbuka (semi vocal). Konsonan bunyinya w dan y.
3. Peta Diftong
Diftong atau vokal rangkap
Di
sebut diftong atau vokal rangkap karena posisi lidah ketika memproduksi bunyi
ini pada bagian awalnya dan pada bagian akhirnya tidak sama. Ketidaksamaan itu
menyangkut tinggi rendahnya lidah, bagian lidah yang bergerak, serta
strukturnya. Namun, yang di hasilkan bukan dua bunyi, melainkan hanya semua
bunyi karena berada dalam seperti satu silabel. Contoh Diftong dalam bahasa
indonesia adalah /au/ seprti terdapat pada kata kerbau dan harimau. Contoh
lain, bunyi /ai/ seperti terdapat pada katacukai dan landai. Apabila ada dua
buah vokal berurutan, namun yang pertama terletak pada suku kata yang berlainan
dari pada yang ke dua, maka di situ tidak ada diftong. Jadi, vokal /au/ dan
/ai/ pada kata seperti bau dan lain
bukan diftong.
Diftong
sering di bedakan berdasarkan letak dan posisi unsur-unsurnya, sehingga di
bedakan adanya diftong naik dan diftong turun. Disebut diftong naik karena
bunyi pertama posisinya rendah dari posisi bunyi yang kedua; sebaliknya kedua
diftong turun karena posisi bunyi pertama lebih tinggi dari posisi kedua.
Dalam bahasa Indonesia hanya
ada diftong naik. Dalam bahasa Inggris ada diftong naik ada juga diftong turun.
Mengenal
jenis diftong ini ada konsep yang berlainan Diftong naik atau diftong turun bukan
ditentukan berdasarkan posisi lidah melainkan didasarkan atas kenyaringan
(sonoritas) bunyi itu. Kalau sonoritasnya terletak di muka atau pada unsur yang
pertama, maka dinamakan diftong turun; kalau sonoritasnya terletak pada unsur
kedua, maka namanya diftong naik. Umpamanya, bunyi [ai] pada kata
Indonesia landai sonoritasny terletak pada unsur pertama; karena itu
bunyi [ai] dalam bahasa Indonesia termasuk diftong turun. Dalam
bahasa Perancis kata moi yang dilapalkan [mwa] sonoritasnya
terletak pada unsur kedua. Jadi, pada kata itu terdapat diftong naik.