Kamis, 29 November 2012

Peta Konsep Linguistik

Peta konsep linguistik dalam kaitannya dengan:
a. Hakikat
b. Dikotomi linguistik dan sub-disiplinnya
c. Sejarah linguistik




a. Hakikat



b. Dikotomi linguistik dan sub-disiplinnya



c. Sejarah linguistik


Senin, 26 November 2012

Peta vokal, peta konsonan, dan peta diftong disertai penjelasan

1. Peta Vokal


4.1   Pengertian vokal:
Vokal adalah bunyi bahasa yang arus udaranya tidak mengalami rintangan dan kualitasnya ditentukan oleh tiga faktor:
·         tinggi-rendahnya posisi lidah (tinggi, sedang, rendah)
·         bagian lidah yang dinaikkan (depan, tengah, belakang)
·         bentuk bibir pada pembentukan vokal itu (normal, bundar, lebar/terentang)


4.2   Klasifikasi vokal :

Berdasarkan bentuk bibir
· Vokal bulat → a, o, u
· Vokal lonjong → i, e

·         Berdasarkan tinggi rendah lidah
· Tinggi → i
· Tengah → e
· Bawah → a
·         Berdasarkan maju mundurnya lidah
· Depan → i, a
· Tengah → e
· Belakang → o

Untuk lebih lengkapnya, mari kita lihat bagan di bawah ini:



Berdasarkan posisi lidah dan bentuk mulut itulah kemudian kita memberi nama akan vokal-vokal tersebut,misalnya:
[ i ] adalah vokal depan tinggi tak bundar
[ e ] adalah vokal depan tengah tak bundar
[ ô ] adalah vokal pusaat tengah tak bundar
[ o ] adalah vokal belakang tengah bundar
[ a ] adalah vokal pusat rendah tak bundar


2. Peta Konsonan



Dari peta konsonan diatas dapat kami jelaskan Bunyi-bunyi Konsonan dapat dibedakan menjadi tiga kriteria, yaitu :
1.      Berdasarkan Posisi Pita Suara.
a.      Bunyi bersuara terjadi jika pita suara terbuka sedikit lalu terjadi getaran pada pita suara itu.  b, d, g, dan c termasuk bunyi bersuara.
b.      Bunyi tidak bersuara terjadi jika pita suara terbuka agak lebar, sehingga tidak ada getaran pada pita suara itu. Bunyi s, k, p, dan t termasuk bunyi tidak bersuara.
2.      Berdasarkan Tempat Artikulasi.
a.      Bilabial, yaitu konsonan yang terjadi pada kedua belah bibir, bibir bawah merapat pada bibir atas. Bunyi yang termasuk konsonan bilabial adalah b dan p (bunyi oral) serta m (bunyi nasal).
b.      Labiodental adalah konsonan yang terjadi pada gigi bawah yang merapat pada bibir atas. Bunyi f dan v  termasuk bunyi konsonan labiodental.
c.       Laminoalveolar yakni konsonan terjadi pada daun lidah yang menempel pada gusi. Bunyi konsonan laminoalveolar adalah t dan d.
d.      Dorsovelar, yakni konsonan yang terjadi pada pangkal lidah dan velum atau langit-langit lunak. Bunyinya adalah k dan g .

3.      Berdasarkan Cara Artikulasi
a.      Hambat ( letupan, plosive, stop). Artikulator menutup sepenuhnya aliran udara, sehingga udara mampat dibelakang tempat penutupan. Kemudian penutupan dibuka secara tiba-tiba kemudian menyebabkan letupan. Bunyinya, yaitu p, b, t, d, k, dan g.
b.      Geseran atau Frikatif. Artikulator aktif medekati artikulator pasif, membentuk celah sempit, sehingga udara yang lewat mendapat gangguan di celah itu. Bunyinya f, s, dan z.
c.       Paduan. Artikulator aktif menghambat semua aliran udara, lalu membentuk celah sempit dengan artikulator pasif. Bunyinya adalah c dan j.
d.      Sengauan atau Nasal. Artikulator menghambat semua aliran udara melalui mulut. Tetapi membiarkannya keluar dengan bebas melalui rongga hidung. Bunyinya, m, n, dan Æž
e.      Getaran ( Trill). Artikulator aktif melakukan kontak beruntun dengan artikulator pasif, sehingga getaran bunyi terjadi berulang-ulang. Contohnya konsonan r.
f.        Sampingan (lateral). Artikulator aktif menghambat aliran udara pada bagian tengah mulut, lalu membiarkan udara keluar melalui samping lidah. Contonya l.
g.      Hampiran (Aproksiman). Artikulator aktif  dan pasif membentuk ruang yang mendekati posisi terbuka (semi vocal). Konsonan bunyinya w dan y.


3. Peta Diftong 

Diftong atau vokal rangkap

Di sebut diftong atau vokal rangkap karena posisi lidah ketika memproduksi bunyi ini pada bagian awalnya dan pada bagian akhirnya tidak sama. Ketidaksamaan itu menyangkut tinggi rendahnya lidah, bagian lidah yang bergerak, serta strukturnya. Namun, yang di hasilkan bukan dua bunyi, melainkan hanya semua bunyi karena berada dalam seperti satu silabel. Contoh Diftong dalam bahasa indonesia adalah /au/ seprti terdapat pada kata kerbau dan harimau. Contoh lain, bunyi /ai/ seperti terdapat pada katacukai dan landai. Apabila ada dua buah vokal berurutan, namun yang pertama terletak pada suku kata yang berlainan dari pada yang ke dua, maka di situ tidak ada diftong. Jadi, vokal /au/ dan /ai/ pada kata seperti bau  dan lain bukan diftong.
Diftong sering di bedakan berdasarkan letak dan posisi unsur-unsurnya, sehingga di bedakan adanya diftong naik dan diftong turun. Disebut diftong naik karena bunyi pertama posisinya rendah dari posisi bunyi yang kedua; sebaliknya kedua diftong turun karena posisi bunyi pertama lebih tinggi dari posisi  kedua.




Dalam bahasa Indonesia hanya ada diftong naik. Dalam bahasa Inggris ada diftong naik ada juga diftong turun.




Mengenal jenis diftong ini ada konsep yang berlainan Diftong naik atau diftong turun bukan ditentukan berdasarkan posisi lidah melainkan didasarkan atas kenyaringan (sonoritas) bunyi itu. Kalau sonoritasnya terletak di muka atau pada unsur yang pertama, maka dinamakan diftong turun; kalau sonoritasnya terletak pada unsur kedua, maka namanya diftong naik. Umpamanya, bunyi [ai] pada kata Indonesia landai sonoritasny terletak pada unsur pertama; karena itu bunyi [ai] dalam bahasa Indonesia termasuk diftong turun. Dalam bahasa Perancis kata moi yang dilapalkan [mwa] sonoritasnya terletak pada unsur kedua. Jadi, pada kata itu terdapat diftong naik.