Senin, 03 Desember 2012

Peta Konsonan



Dari peta konsonan diatas dapat kami jelaskan Bunyi-bunyi Konsonan dapat dibedakan menjadi tiga kriteria, yaitu :
1.      Berdasarkan Posisi Pita Suara.
a.      Bunyi bersuara terjadi jika pita suara terbuka sedikit lalu terjadi getaran pada pita suara itu.  b, d, g, dan c termasuk bunyi bersuara.
b.      Bunyi tidak bersuara terjadi jika pita suara terbuka agak lebar, sehingga tidak ada getaran pada pita suara itu. Bunyi s, k, p, dan t termasuk bunyi tidak bersuara.
2.      Berdasarkan Tempat Artikulasi.
a.      Bilabial, yaitu konsonan yang terjadi pada kedua belah bibir, bibir bawah merapat pada bibir atas. Bunyi yang termasuk konsonan bilabial adalah b dan p (bunyi oral) serta m (bunyi nasal).
b.      Labiodental adalah konsonan yang terjadi pada gigi bawah yang merapat pada bibir atas. Bunyi f dan v  termasuk bunyi konsonan labiodental.
c.       Laminoalveolar yakni konsonan terjadi pada daun lidah yang menempel pada gusi. Bunyi konsonan laminoalveolar adalah t dan d.
d.      Dorsovelar, yakni konsonan yang terjadi pada pangkal lidah dan velum atau langit-langit lunak. Bunyinya adalah k dan g .

3.      Berdasarkan Cara Artikulasi
a.      Hambat ( letupan, plosive, stop). Artikulator menutup sepenuhnya aliran udara, sehingga udara mampat dibelakang tempat penutupan. Kemudian penutupan dibuka secara tiba-tiba kemudian menyebabkan letupan. Bunyinya, yaitu p, b, t, d, k, dan g.
b.      Geseran atau Frikatif. Artikulator aktif medekati artikulator pasif, membentuk celah sempit, sehingga udara yang lewat mendapat gangguan di celah itu. Bunyinya f, s, dan z.
c.       Paduan. Artikulator aktif menghambat semua aliran udara, lalu membentuk celah sempit dengan artikulator pasif. Bunyinya adalah c dan j.
d.      Sengauan atau Nasal. Artikulator menghambat semua aliran udara melalui mulut. Tetapi membiarkannya keluar dengan bebas melalui rongga hidung. Bunyinya, m, n, dan ƞ
e.      Getaran ( Trill). Artikulator aktif melakukan kontak beruntun dengan artikulator pasif, sehingga getaran bunyi terjadi berulang-ulang. Contohnya konsonan r.
f.        Sampingan (lateral). Artikulator aktif menghambat aliran udara pada bagian tengah mulut, lalu membiarkan udara keluar melalui samping lidah. Contonya l.
g.      Hampiran (Aproksiman). Artikulator aktif  dan pasif membentuk ruang yang mendekati posisi terbuka (semi vocal). Konsonan bunyinya w dan y.

Peta Konsep Fonologi





Peta Konsep Fonologi
Peta konsep fonologi dibagi menjadi dua, yaitu
a.     Fonetik
b.     fonemik

a.                Fonetik
Fonetik adalah bidang linguistik yang mempelajari bunyi bahasa tanpa memperhatikan apakah bunyi tersebut mempunyai fungsi sebagai pembeda makna atau tidak.jenis-jenis fonetik ada 3 :
1.Fonetik artikulatoris
            Mempelajari mekanisme alat-alat bicara manusia bekerja dalam menghasilkan bunyi bahasa serta bagaimana bunyi-bunyi itu diklasifikasikan .
2. Fonetik akustik
            Mempelajari bunyi bahasa sebagai peristiwa fisis atau fenomena alam.
3. Fonetik auditoris
            Mempelajari mekanisme penerimaan bunyi bahasa itu oleh telinga kita .

Dari ketiga jenis fonetik ini, yang paling berurusan dengan dunia linguistic adlah fonetik artikulatoris, sebab fonetik inilah  yang berkenaan dengan masalah bagaimana bunyi-bunyi bahasa itu di hasilkan/di ucapkan manusia.
-                      Alat ucap
Alat ucap untuk menghasilkan bunyi bahasa , seperti paru-paru untuk bernafas , lidah untuk mengecap dan gigi untuk mengunyah. Alat itu di gunakan untuk berbicara misalnya bunyi  apikodental yaitu gabungan antara ujung lidah dengan gigi atas, laminopalatal yaitu gabungan antara daun lidah dengan langit-langit keras dan labiodental yaitu gabungan antara bibir bawah dengan gigi atas.
-                      Proses intonasi
Terjadinya bunyi bahsa pada umumnya dimulai dengan proses pemompaan udara keluar keluar dari paru-paru melalui pangkal tenggorokan kepangkal tenggorokan yang didalamnya terdapat pita suara.
-                      Tulisan fonetik
Didalam hal ini tulisan fonetik yang dibuat untuk keperluan  studi fonetik ,dibuat berdasarkan huruf-huruf dari aksara latin yang ditambah dengan sejumlah tanda diakritik dan sejumlah modifikasi terhadap huruf latin. Abjad latin itu hanya mempunyai 26 buah huruf sedangkan bunyi bahasa itu banyak . misalkan, abjad latin mempuyai 5 huruf  untuk melambangkan bunyi vocal yaitu a, i, e, o dan u.kalau dalam tulisan fonetik setiap bunyi baik yang segmental maupun suprasegmental dilambangkan secara akurat artinya setiap bunyi mempunyai lambing-lambang sendiri meskipun bedanya hanya sedikit tetapi dalam tulisan fonemik hanya perbedaan bunyi yang distingtif saja yakni yang membedakan makna yang diperbedakan lambangnya.selain tulisan fonetik dan fonemik ada lagi tulisan lain yaitu tulisan ortografi.
Contoh tulisan fonetik: r’atu el’isabet’’
Contoh tulisan fonemis: /ratu el’isabet sedangkan
Contoh ortografis          : ratu Elizabeth
-                      Klasifikasi bunyi
Bunyi bahasa di bedakan atas vocal dan konsonan , bunyi vocal dihasilkan dengan pita suara terbuka sedikit begetar ketika dilalui arus udara  yang dipompa dari paru-paru.selanjutnya  arus udara keluar melalui rongga mulut tanpa mendapat hambatan apa-apa.sedangkan bunyi konsonan terjadi setelah arus udara melewati pita suara yang terbuka sedikit / agak lebar diteruskan ke rongga mulut atau rongga hidungdengan mendapat hambatan di tempat artikulasi  tertentu.jadi bunyi vocal dan konsonan adalah  arus udara dalam pembentukan bunyi vocal setelah melewati pita suara tidak mendapt hambatan apa-apa .Sedangkan dalam bunyi konsonan arus udara masih trhambat atau gangguan.
a.vokal
   secara vertical dibedakan adanya vocal tinggi misalnya bunyi [i] dan [u] , vocal tengah : bunyi [e]  dan vocal rendah bunyi [a]. secara horizontal dibedakan adanya vocal depan yaitu bunyi[i] dan [e] , vocal belakang misalnya buny [u] dan [o] . kemudian dibedakan adanya vocal  bundar dan vocal tak bundar. Disebut vocal bundar karena bentuk mulut membundar ketika mengucapkannya.disebut vocal tak bundar karena bentuk  mulut tidak membudar melainkan melebar  seperti [i] dan  [e].
b. diftong
     karena posisi lidah ketika memproduksi bu nyi itu pada bagian awalnya dan bagian akhirnya tidak sama. Contoh [au] seperti kata kerbau dan harimau . jadi vocal [au] pada kata seperti  bau itu bukan diftong.karena apabila ada dua buah vocal berurutan namun yang pertama terletak pada suku kata yang berlainan dari yang kedua , maka disitu tidak ada diftong.diftong ada dua yaitu diftong naik ,karena bunyi pertama posisinya lebih rendah dari posisi bunyi ke dua.dan diftong turun , karena posisi bunyi pertama lebih tinggi dari posisi  bunyi kedua.
c. konsonan
      bunyi-bunyi konsonan biasanya dibedakan berdasarkan tiga Patokan yaitu:posisi pita suara , tempat artikulasi, dan cara artikulasi.
-                      Unsur supragmental
Dalam arus ujaran bunyi dapat disegmentasikan sehingga disebut bunyi segmental.bagian dari bunyi ini berkenaan dengan keras lembut , panjang pendek , dan jeda.yaitu dengan adanya bawah ini:
Tekanan : menyangkut keras lunaknya bunyi.misalkan suatu bunyi segmental yang di ucapkan dengan arus yang kuat udara sehingga menyebabkan amplitudo melebar,passti dibarengi dengan tekanan keras dan jika arus udara tidak kuat amplitudonya menyempit  pasti dibarengi dengan tekanan lunak.
Nada      : Nada berkenaan dengan tinggi rendahnya suatu bunyi. Anggap saja naik turun karena bila diucapkan dengan frekuensi getaran yang tinggi tentu nada yang dikeluarkan juga tinggi sebaliknya lagi dengan getaran yang rendah,tentu disertai juga dengan nada rendah.
Jeda      : berkenaan dengan hentian bunyi dalam arus,disebut jeda karena adanya hentian dan disebut persendian  dan terjadinya persambungan. Misalkan diberi tanda tambah (+) yaitu: kata ambil menjadi,( /am+bil/ .
-                      Silabel
Silabel disebut juga suku kata yaitu satuan ritmis terkecil dalam suatu arus ujaran atau runtutan bunyi ujaran.silabel meliputi satu vocal, dan satu konsonan/lebih,silebel sebagai satuan ritmis mempunyai puncak kenyaringan jatuh kedalam sebuah vocal.bunyi yang paling banyak menggunakn ruang resonansi adalah bunyi vocal.kata ini terdiri dari bunyi[d], [a], dan [n] bunyi [d] dan [n] adalah bunyi konsonan sedangkan bunyi [a] itu adalah bunyi vocal.karena  bunyi a menjadi puncak kenyaringan.

b.                Fonemik
Objek penelitian fonemik adalah fonem yakni bunyi bahasa yang dapat atau berfungsi membedakan makna.
1.  Identifikasi Fonem               
Untuk mengetahui apakah sebuah bunyi fonem atau bukan, kita harus mencari sebuah satuan bahasa, bisanya sebuah kata yang mengandung bunyi tersebut lalu membandingkannya dengan satuan bahasa lain yang mirip dengan satuan bahasa yang pertama dan mencari pasangan minimalnya. Kalau ternyata satuan bahasa tersebut berbeda maknanya, maka berarti bunyi tersebut adalah sebuah fonem.
2.  Alofon
Alofon adalah bunyi yang merupakan realisasi dari sebuah fonem. Alofon-alofon dari sebuah fonem mempunyai kemiripan fonetis. Artinya, banyak mempunyai kesamaan dalam pengucapan atau kalau kita lihat dalam peta fonem, letaknya masih berdekatan.
3.  Klasifikasi Fonem
Kriteria dan prosedur klasifikasi bunyi  fonem sama dengan cara klasifikasi bunyi dan unsure suprasegmental, hanya dibedakan menjadi fonem vokal dan konsonan. Ini agak terbatas sebab hanya bunyi-bunyi yang dapat membedakan makna saja yang dapat menjadi fonem.  Pada tingkat fonemik, ciri-ciri prosodi itu, seperti tekanan, durasi, dan nada bersifat fungsional.
4.  Khazanah Fonem
Khazanah fonem adalah banyaknya fonem yang terdapat dalam satu bahasa. Jumlah fonem suatu bahasa tidak sama jumlahnya dengan yang dimiliki bahasa lain.
5.  Fonem dan Grafem
Fonem adalah satuan bunyi bahasa terkecil yang fungsional atau dapat membedakan makna kata. Dalam transkripsi fonemik penggambaran bunyi-bunyi itu sudah kurang akurat, sebab alofon-alofon yang bunyinya jelas tidak sama. Yang paling tidak akurat adalah transkripsi ortografis, yakni penulisan fonem-fonem suatu bahasa menurut system ejaan yang berlaku pada suatu bahasa. Grafem adalah huruf yang digunakan dari aksara latin.

Kamis, 29 November 2012

Peta Konsep Linguistik

Peta konsep linguistik dalam kaitannya dengan:
a. Hakikat
b. Dikotomi linguistik dan sub-disiplinnya
c. Sejarah linguistik




a. Hakikat



b. Dikotomi linguistik dan sub-disiplinnya



c. Sejarah linguistik


Senin, 26 November 2012

Peta vokal, peta konsonan, dan peta diftong disertai penjelasan

1. Peta Vokal


4.1   Pengertian vokal:
Vokal adalah bunyi bahasa yang arus udaranya tidak mengalami rintangan dan kualitasnya ditentukan oleh tiga faktor:
·         tinggi-rendahnya posisi lidah (tinggi, sedang, rendah)
·         bagian lidah yang dinaikkan (depan, tengah, belakang)
·         bentuk bibir pada pembentukan vokal itu (normal, bundar, lebar/terentang)


4.2   Klasifikasi vokal :

Berdasarkan bentuk bibir
· Vokal bulat → a, o, u
· Vokal lonjong → i, e

·         Berdasarkan tinggi rendah lidah
· Tinggi → i
· Tengah → e
· Bawah → a
·         Berdasarkan maju mundurnya lidah
· Depan → i, a
· Tengah → e
· Belakang → o

Untuk lebih lengkapnya, mari kita lihat bagan di bawah ini:



Berdasarkan posisi lidah dan bentuk mulut itulah kemudian kita memberi nama akan vokal-vokal tersebut,misalnya:
[ i ] adalah vokal depan tinggi tak bundar
[ e ] adalah vokal depan tengah tak bundar
[ ô ] adalah vokal pusaat tengah tak bundar
[ o ] adalah vokal belakang tengah bundar
[ a ] adalah vokal pusat rendah tak bundar


2. Peta Konsonan



Dari peta konsonan diatas dapat kami jelaskan Bunyi-bunyi Konsonan dapat dibedakan menjadi tiga kriteria, yaitu :
1.      Berdasarkan Posisi Pita Suara.
a.      Bunyi bersuara terjadi jika pita suara terbuka sedikit lalu terjadi getaran pada pita suara itu.  b, d, g, dan c termasuk bunyi bersuara.
b.      Bunyi tidak bersuara terjadi jika pita suara terbuka agak lebar, sehingga tidak ada getaran pada pita suara itu. Bunyi s, k, p, dan t termasuk bunyi tidak bersuara.
2.      Berdasarkan Tempat Artikulasi.
a.      Bilabial, yaitu konsonan yang terjadi pada kedua belah bibir, bibir bawah merapat pada bibir atas. Bunyi yang termasuk konsonan bilabial adalah b dan p (bunyi oral) serta m (bunyi nasal).
b.      Labiodental adalah konsonan yang terjadi pada gigi bawah yang merapat pada bibir atas. Bunyi f dan v  termasuk bunyi konsonan labiodental.
c.       Laminoalveolar yakni konsonan terjadi pada daun lidah yang menempel pada gusi. Bunyi konsonan laminoalveolar adalah t dan d.
d.      Dorsovelar, yakni konsonan yang terjadi pada pangkal lidah dan velum atau langit-langit lunak. Bunyinya adalah k dan g .

3.      Berdasarkan Cara Artikulasi
a.      Hambat ( letupan, plosive, stop). Artikulator menutup sepenuhnya aliran udara, sehingga udara mampat dibelakang tempat penutupan. Kemudian penutupan dibuka secara tiba-tiba kemudian menyebabkan letupan. Bunyinya, yaitu p, b, t, d, k, dan g.
b.      Geseran atau Frikatif. Artikulator aktif medekati artikulator pasif, membentuk celah sempit, sehingga udara yang lewat mendapat gangguan di celah itu. Bunyinya f, s, dan z.
c.       Paduan. Artikulator aktif menghambat semua aliran udara, lalu membentuk celah sempit dengan artikulator pasif. Bunyinya adalah c dan j.
d.      Sengauan atau Nasal. Artikulator menghambat semua aliran udara melalui mulut. Tetapi membiarkannya keluar dengan bebas melalui rongga hidung. Bunyinya, m, n, dan ƞ
e.      Getaran ( Trill). Artikulator aktif melakukan kontak beruntun dengan artikulator pasif, sehingga getaran bunyi terjadi berulang-ulang. Contohnya konsonan r.
f.        Sampingan (lateral). Artikulator aktif menghambat aliran udara pada bagian tengah mulut, lalu membiarkan udara keluar melalui samping lidah. Contonya l.
g.      Hampiran (Aproksiman). Artikulator aktif  dan pasif membentuk ruang yang mendekati posisi terbuka (semi vocal). Konsonan bunyinya w dan y.


3. Peta Diftong 

Diftong atau vokal rangkap

Di sebut diftong atau vokal rangkap karena posisi lidah ketika memproduksi bunyi ini pada bagian awalnya dan pada bagian akhirnya tidak sama. Ketidaksamaan itu menyangkut tinggi rendahnya lidah, bagian lidah yang bergerak, serta strukturnya. Namun, yang di hasilkan bukan dua bunyi, melainkan hanya semua bunyi karena berada dalam seperti satu silabel. Contoh Diftong dalam bahasa indonesia adalah /au/ seprti terdapat pada kata kerbau dan harimau. Contoh lain, bunyi /ai/ seperti terdapat pada katacukai dan landai. Apabila ada dua buah vokal berurutan, namun yang pertama terletak pada suku kata yang berlainan dari pada yang ke dua, maka di situ tidak ada diftong. Jadi, vokal /au/ dan /ai/ pada kata seperti bau  dan lain bukan diftong.
Diftong sering di bedakan berdasarkan letak dan posisi unsur-unsurnya, sehingga di bedakan adanya diftong naik dan diftong turun. Disebut diftong naik karena bunyi pertama posisinya rendah dari posisi bunyi yang kedua; sebaliknya kedua diftong turun karena posisi bunyi pertama lebih tinggi dari posisi  kedua.




Dalam bahasa Indonesia hanya ada diftong naik. Dalam bahasa Inggris ada diftong naik ada juga diftong turun.




Mengenal jenis diftong ini ada konsep yang berlainan Diftong naik atau diftong turun bukan ditentukan berdasarkan posisi lidah melainkan didasarkan atas kenyaringan (sonoritas) bunyi itu. Kalau sonoritasnya terletak di muka atau pada unsur yang pertama, maka dinamakan diftong turun; kalau sonoritasnya terletak pada unsur kedua, maka namanya diftong naik. Umpamanya, bunyi [ai] pada kata Indonesia landai sonoritasny terletak pada unsur pertama; karena itu bunyi [ai] dalam bahasa Indonesia termasuk diftong turun. Dalam bahasa Perancis kata moi yang dilapalkan [mwa] sonoritasnya terletak pada unsur kedua. Jadi, pada kata itu terdapat diftong naik.